TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN KARDINAL & ORDINAL


 

 Teori Kepuasan Konsumen

    Pengertian perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994 : 3) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Mowen (1990

:5) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. 


    Studi perilaku konsumen adalah studi bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber- sumber yang dimiliki pada konsumsi yang berkaitan dengan sesuatu (barang atau jasa). Swastha dan Handoko (1987:9) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomisalnya, termasuk kegiatan pengambilan keputusan.


    Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. 


    Teori perilaku konsumen menurut pendekatan  teori  ekonomi  mikro beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal (maximation utility). Utility adalah kepuasan yang muncul dari konsumsi ini merupakan kemampuan memuaskan keinginan dari barang, jasa dan aktivitas. Tujuan konsumen adalah memaksimalkan utilitas dengan batasan berupa pendapatan dan harga yang bersangkutan.

   Pendekatan Teori Tingkah Laku Konsumen

    Terdapat dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan kepuasan (utility) kardinal dan pendekatan kepuasan ordinal.


    Dalam pendekatan kepuasan kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.

    Dalam pendekatan ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Setiap konsumen memiliki preferensi tersendiri terhadap suatu barang yang dapat dibandingkan dengan barang lain.

A.  Pendekatan Kardinal

    Pendekatan kepuasan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain. Penilaian ini secara subyektif dikuantifikasi oleh konsumen. Jadi pendekatan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (atau utility) setiap konsumen dapat diukur secara kuantitatif.

    Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.

    Pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum   dari   tokoh   terkenal, Gossen, yaitu hokum Gossen, dimana :

-      Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus- menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.

-      Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.

    Beberapa istilah yang harus dipahami sebelum melangkah lebih jauh dalam memahami teori kepuasan konsumen :

-      Utility /utilitas/kepuasan/nilai guna adalah kepuasan yang diperoleh dalam mengkosumsi barang dan jasa. Jadi utilitas menunjukkan kepuasan relatif yang diperoleh seorang konsumen dari penggunaan berbagai komoditas

-      Total Utility /total utilitas/total kepuasan/total nilai guna adalah kepuasan total dalam mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa.

-      Marginal utility (MU) /utilitas marginal/tambahan kepuasan/tambahan nilai guna dalah tambahan kepuasan yang diperoleh dalam menambah satu satuan barang/jasa yang dikonsumsi. Jadi utilitas marginal menunjukkan utilitas tambahan yang diperoleh dari suatu unit tambahan konsumsi dari suatu komoditas

Hukum Utilitas Marjinal yang Semakin Menurun

            Keputusan ekonomi yang dilakukan konsumen sangat beragam, namun harus dapat dianalisa secara general dalam membentuk suatu teori. Karena itu dalam menganalisa teori ekonomi perlu dilakukan penyederhanaan-penyederhanaan dalam suatu ketentuan umum yang mengikat teori berupa asumsi-asumsi.

    Dalam pendekatan teori tingkah laku konsumen melelui pendekatan kardinal terdapat sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut beberapa asumsi dari pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah:

-        Kepuasan diukur dalam satuan uang/util, sehingga dapat dikuantifikasi.

-        Konsumen bersifat rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatanya, konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan, barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi konsumen, konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan kemampuan konsumen.

-      Konsumen memiliki kekonsistenan dalam preferensi. Setiap konsumen tidak akan berubah preferensinya terhadap suatu barang. Misalnya jika ia dihadapkan pilihan antara barang A dan barang B, ia akan memilih barang

A. Jika dihadapkan pilihan antara barang A dan barang B, ia tetap akan memilih barang A.

-      More is better, lebih banyak lebih baik. Konsumen akan menginginkan jumlah yang lebih banyak untuk suatu barang. Jika ia disuruh memilih untuk memiliki 1 barang A atau 2 barang A, ia akan memilih 2 barang A. Jika ia disuruh memilih 2 barang A atau 3 barang A, ia akan memilih memiliki 3 barang A.

-      Walaupun more is better merupakan asumsi pendekatan ini, namun Hukum Gossen (Law of Diminishing Marginal Utility) berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun.

-      Konsumen selaku berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum. Walaupun memiliki pendapatan tertentu konsumen tetap ingin memaksimalkan kepuasannya.

-      Pendapatan konsumen tidak berubah atau tetap tetap.

-      Daya guna marginal dari uang tetap (constan marginal utility of money)

-      Total utility adalah additive (melengkapi) dan independent (sendiri atau tidak terikat)

-      Barang yang dikonsumsi adalah barang normal dan periode konsumsi berdekatan

Untuk menganalisa teori kepuasan konsumen, asumsi-asumsi di atas berlaku, dan dibangun sebuah hipotesis yang dikenal dengan hukum utilitas marginal yang semakin menurun :

 

The law of diminishing marginal utility:

The more of one good consumed in a given period, the less satisfaction (utility) generated by consuming each additional (marginal) unit of the same good.

Hukum Utilitas Marjinal yang Semakin Menurun

"Tambahan kepuasan yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut. "

atau

"Semakin banyak barang/jasa dikonsumsi pada suatu periode tertentu, semakin  menurun tambahan kepuasan/marginal utility (MU)"

atau

"Ketika jumlah suatu barang yang dikonsumsi meningkat, utilitas marjinal dari barang  tersebut cenderung semakin berkurang."

Hukum ini dapat dilihat dari grafik utilitas total berikut ini :


Sedangkan tambahan kepuasan (marginal utility, MU) dapat dilihat pada grafik berikut ini :

 

Terlihat dari grafik di atas bahwa semakin banyak barang/jasa dikonsumsi pada suatu periode tertentu,semakin menurun tambahan kepuasan/marginal utility (MU). 

Pemaksimuman Utilitas

Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman utilitas adalah jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut: (Sadono Sukirno, 2005:130)

-      Seseorang akan memaksimumkan utilitas dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila perbandingan utilitas marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga barang tersebut.

-      Seseorang akan memaksimumkan utilitas dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila utilitas marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.

Jadi syarat untuk pemaksimuman utilitas adalah : 

Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan utilitas marjinal yang sama besarnya.

Contoh : 

Skedul utilitas total (utility total) dan utiliti marginal (marginal utility) untuk konsumsi barang A dalam satu periode waktu :


Kunantitas (Qx)

Total Utility (TUx)

Marginal Utility (MUx)

0

0

...

1

11

(11-0) = 10

2

19

(19-11) = 8

3

25

(25-19) = 6

4

29

(29-25) = 4

5

31

2

6

31

0

7

29

-2


Keseimbangan Konsumen

 Untuk tercapainya kepuasan maksimum dari konsumen mengkonsumsi dalam barang, maka harus memenuhi syarat keseimbangan.

Syarat kepuasan maksimum adalah : 

Tujuan (objective function)

   Mux/Px = MuY/Py=..... =  Mun/Pn 

Pendapatan untuk mmaksimumkan kepuasan ( M) : Px Qx + Py QY+.          +Pn Qn = M 

Keterangan :

MU = Marginal Utility

P = Harga atau Price

M = Pendapatan Konsumen atau Income 

Contoh : 

Q

1

2

3

4

5

6

7

8

9

MUx

38

32

28

24

20

16

12

8

4

MUy

12

11

10

9

8

7

6

5

4

 Diketahui :                  

 Px = 2                    Py = 1                                        M = 12 

Maka syarat ekuilibrium pemaksimalan kepuasaun adalah :


Mux / Px = Muy / Py    dalam tabelaris :
 

Q

1

2

3

4

5

6

7

8

9

MUx/2

19

16

14

12

10

8

6

4

4

MUy/1

12

11

10

9

8

7

6

5

4

 Pemaksimalan kepuasan terjadi ketika Mux/Px=Muy/Py adalah sam pertama kali 

( t erb esar), yaitu Mux/Px=Muy/Py = 20/2 = 10/1 = 10

Pendapatan untuk memaksimumkan kepuasan :

 

M = Px . Qx + Py . Qy = (2) (5) + (1) (3) = 10+3 = 13

Total Utility    = MUx . Qx + MUy . Qy

= (20) (5) + (10) (3)

= 100 + 30 = 130

Walaupun pendekatan ini telah berhasil menyusun formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi pendekatan ini masih dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan ini antara lain: (Tati Joerson & M.Fathorrozi, 2003:50)

-      Sifat subyektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.

-      Constan marginal utility of money, semakin banyak memiliki uang maka penilaian terhadap uang itu semakin rendah.

-      Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma, sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.

Karena kelemahan-kelemahan tersebut berkembang teori kepuasan konsumen dengan pendekatan ordinal 

 

Utilitas Maksimum dan Kurva Permintaan 

Diberikan contoh jika seorang konsumen ingin membeli produk A dan produk B. Utilitas marginal (marginal utility, MU) terhadap setiap produk terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Utilitas Marginal Produk A dan Produk B

 

Produk A

P=1

Produk B

P=2

Unit

Utilitas Marjinal (MU)

MU/p

Utilitas Marjinal (MU)

MU/p

1

10

10

24

12

2

8

8

20

10

3

7

7

18

9

4

6

6

16

8


5

5

5

12

6

6

4

4

6

3

7

3

3

4

2

 

Dari tabel, konsumen tersebut dapat mencapai kepuasan maksimal ketika MUa=MUb yaitu saat marginal utility kedua barang adalah 8, dimana produk yang dibeli adalah 2 unit produk A dan 4 unit produk B.

 

Apa yang terjadi jika harga produk B diturunkan, dari P=2 menjadi P=1, dapat dilihat dari tabel berikut ini :

 


Tabel 2.3. Utilitas Marginal Produk A dan Produk B 
Ketika Harga Produk B Turun dari P=2 Menjadi P=1

 

 

Produk A

P=1

Produk B

P=2

Unit

Utilitas Marjinal (MU)

MU/p

Utilitas Marjinal (MU)

MU/p

1

10

10

24

24

2

8

8

20

20

3

7

7

18

18

4

6

6

16

16

5

5

5

12

12

6

4

4

6

6

7

3

3

4

4

 

    Dari tabel, konsumen tersebut dapat mencapai kepuasan maksimal ketika MUa=MUb yaitu saat marginal utility kedua barang adalah 6, dimana produk yang dibeli adalah 2 6 unit produk B. Lihat Produk B, ketika harga produk B P=2 konsumen membeli sebanyak 4 unit, dan saat harga diturunkan menjadi P=1, jumlah barang yang dibeli meningkat menjadi 6 unit

 

Tabel 2.4. Kuantitas yang Diminta Ketika Harga Produk B Turun

 

Harga Produk B

Kuantitas yang Diminta Produk B

1

6

2

4

 

Hal ini menjadi sebuah hukum ekonomi yang selalu dipakai, yaitu Hukum Permintaan atau The Law of Demand, yang berbunyi :

Semakin rendah harga (P) maka permintaan (Qd) akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya (atau vice versa), semakin tinggi harga barang maka permintaan semakin rendah 

Dengan kata lain : konsumen lebih menyukai harga yang rendah.

 


RANGKUMAN :Teori Kepuasan Konsumen dengan Pendekatan Kardinal 


1.   Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur sehingga dapat dikuantifikasi.

2.   Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan (more is better), namun tetap berlaku hukum utilitas marjinal yang semakin menurun atau the law of deminishing marginal utility.

3.   Terjadi hukum the law of deminishing marginal utility.pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun. Hukum ini menyebabkan terjadinya kemiringan kurva yang semakin ke bawah pada kurva utilitas marginal (MU).

4. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

5.  Kepuasan total (Total Utility) mempunyai sifat penjumlahan unit kepuasan yang diperoleh dari masing-masing barang yang dikonsumsi.


B.  Pendekatan Ordinal

Dalam pendekatan ordinal utilitas suatu barang tidak perlu diukur, utilitas guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Pendekatan   ordinal   mengukur kepuasan konsumen dengan angka relatif atau ordinal. Maksimasi kepuasan konsumen dibatasi garis anggaran   (budget   line).   Tingkat   kepuasan   konsumen  dengan ditunjukkan menggunakan kurva indiferens (kurva yang menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).

Analisis kardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy (pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan yang sama. 

 

Pendekatan Kardinal

Pendekatan Ordinal

Kepuasan konsumsi diukur dengan satuan ukur

Kepuasan konsumen diukur dengan angka ordinal (relatif)

Menggunakan alat analisis marginal

Menggunakan analisis indefferent curve

 Kurva Indifferen

 

    Definisi indifference curve: adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi dari konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Indifference curve memperlihatkan semua kombinasi dari pilihan konsumen yang memberikan tingkat kepuasan atau utility yang sama bagi seseorang atau konsumen.

Ciri-ciri kurva indiferens 

-      Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi)

-      Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)

-      Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda

Seperti halnya pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal ini dalam pembentukan kurva indifferen yang harus dipatuhi, yaitu : 

-        Rationality, konsumen diasumsikan rasional artinya konsumen memaksimalkan utilitas dengan pendapatan pada harha pasar tertentu dan konsumen dianggap mempunyai pengetahuan sempurna mengenai informasi pasar

-        Utility adalah bersifat ordinal artinya konsumen cukup memberikan rangking atau peringkat kombinasi mana saja yang ia sukai dengan demikian konsumen tidak perlu memberikan satuan kepuasan terhadap barang yang dikonsumsi

-        Menganut hukum diminishing marginal rate of subtitution artinya bila konsumen menaikan konsumsi barang yang satu akan menyebabkan penurunan konsumsi barang yang lain dan dapat digambarkan dengan kurva indeferen

-        Total Utility yang diperoleh konsumen tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsikan

-        Bersifat konsisten dan transivity of choice artinya bila A>B>C maka barang A lebih disukai dari B dan barang B lebih disukai dari C kesimpulannya bahwa A>B>C maka A>C

 

Secara sederhana digambarkan seperti ini 

Properti atau Sifat Sifat Kurva Indiferen 

1.   Kurva indeferen yang lebih tinggi lebih disukai daripada yang lebih rendah 

-      Setiap konsumen biasanya lebih suka jika dapat mengkonsumsi barang dalam jumlah lebih banyak

-      Kurva indeferen yang lebih tinggi melambangkan ketersediaan barang lebih banyak daripada kurva di bawahnya


 2.  Kurva indeferen melengkung ke bawah

-      Konsumen    bersedia    menukarkan    suatu barang          jika           ia                     memperoleh lebih banyak barang lain untuk mendapatkan kepuasan yang sama

-      Jika jumlah suatu barang berkurang maka jumlah barang lain harus meningkat.


3. Kurva indeferen tidak saling berpotongan (prinsip transivitas)

 

-      Titik A dan B memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen

-      Titik B dan C memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen

-      Hal ini berarti titik A dan C akan memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen

-      Padahal titik C mengandung lebih banyak barang daripada titik A.


Gambar di atas tidak mungkin terjadi karena melanggar asumsi transivity.


Berikut grafik gambar 2.9b yang memenuhi asumsi trasitivitas ( transivity).

Prinsip transitivity adalah jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B dan B lebih disukai dari C, maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan dalilni maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan. Untuk gambar 2.9a terlihat kurva IC1 dan IC2 berpotongan di titik B, berarti IC1 -= IC2 sehingga melanggar konsistensi preferensi (transitivitas). Sedangkan pada gambar 2.8b asumsi transitivitas terpenuhi.

 

1.  More is better, banyak lebih disukai dari sedikit

3.  Marginal Rate of Substitution

 

Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan Y untuk satu utilitas yang sama, maka dalam hal ini sebenarnya konsumen menukar nilai kepuasan dari barang X dan Y. Menambah atau mengurangi konsumsi komoditas X berarti menambah atau mengurangi total kepuasan barang X; yang berdampak pada adanya perubahan marginal utilitinya (MU). Jadi perubahan jumlah X dan Y sama dengan perubahan MU.

Kemiringan (slope) kurva indiferens







Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of Substitution (MRS), yang sebenarnya menunjukkan kemiringan dari kurva indiferens. MRS selalu negatif dan mengukur pertukaran (trade-off) dua komoditas ada kondisi utilitas konsumen yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka kurva indiferens mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin)

Jadi MRS menunjukan jumlah barang Y yang rela dikurangi disebabkan konsumen menambah jumlah barang X.

4.  Garis Anggaran (Budget Line)

Dalam membangun konsep mengenai preferensi, pertama-tama dibutuhkan mengembangkan konsep apa pilihan yang dibuat oleh konsumen. Daerah yang feasible ditentukan oleh pendapatan konsumen dan harga barang-barang yang di konsumsi.

Oleh sebab itu untuk mengkaji secara teoritis tentang kemampuan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa, faktor-faktor utama berikut ini yang harus diketahui:

Px = harga produk X 

Qx = jumlah produk X

Py= harga produk Y 

Qy = jumlah produk 

Y M = pendapatan konsumen

Nilai konsumsi harus lebih kurang atau sama dengan jumlah pendapatan konsumen. Pendapatan konsumen merupakan batasan (constrain) kemampuan konsumen secara umum satuan uang (M).

Px(Qx) + Py(Qy) M


 Jika konsumen ingin menggunakan semua anggaran yang tersedia m a k a :  Px (Qx) + PyqY) = M

Daerah feasibel bagi konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang adalah sebagai berikut:



Garis AB dibuat dengan mengasumsi fungsi pendapatan dibuat dalam bentuk persamaan yang dalam ilmu ekonomi disebut dengan budget line (garis anggaran). Budget line ini mempunyai kemiringan (slope) sama dengan rasio harga.

dy/dx = - Px/Py

 

Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.

Kurva Anggaran dan Perubahan Anggaran



Contoh sederhana : 

Jika diketahui masing-masing variabel 

Px = Rp. 500 per unit Py = Rp. 250 per unit M = Rp. 10.000.-

Berapa jumlah X dan Y dapat dibeli? 

Berapa kemiringan budget line-nya ?

Titik A = M/Py = 10.000/250 = 40 unit

Titik B = M/Px= 10.000/500 = 20 unit Slope budget line = -250/500 = -0,5

 

Contoh lain :

 Jika seorang konsumen memiliki preferensi mengkombinasikan produk x dan produk y seperti tabel berikut ini, gambarkan kurva preferensinya !




   Keseimbangan Konsumen

 

Dengan menggunakan kedua kurva, yaitu kurva indiferens dan budget line maka dapat ditunjukkan dimana konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum. Kepuasan maksimum apabila garis anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan yang paling tinggi. Persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, yang menunjukkan konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum. Keadaan ini dikenal dengan sebutan garis keseimbangan konsumen.

Dengan demikian, keseimbangan konsumen adalah pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan sejumlah pendapatan tertentu. Lihat gambar berikut ini :


Titik keseimbangan konsumen merupakan titik dimana konsumen telah mengalokasikan   seluruh   pendapatannya   untuk konsumsi. Pada titik singgung antara kurva indeferens konsumen dengan garis anggaran.Dengan asumsi bahwa tujuan dari konsumen adalah untuk memaksimumkan tingkat kepuasan (utility).

Kepuasan maksimal konsumen akan tercapai pada saat rasio marginal utility terhadap harga sendiri suatu barang telah sama, yaitu :







Pada kondisi ini tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X sama dengan tambahan manfaat yang diperoleh persatuan uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi komoditas Y. Jika persamaan di atas disusun kembali menjadi:



Jadi keseimbangan konsumen merupakan kondisi dimana secara matematis slope kurva indiferens sama dengan slope kurva garis anggaran (budget line), yaitu Px/ Py. Karena terdapat kendala batasan (subject to) bahwa untuk membeli barang konsumen tidak akan melebihi jumlah pendapatan per periode tertentu yang dapat dia belanjakan (budget line), dimana persamaan budget line adalah Px(Qx) + Py(Qy) M

Dengan demikian sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi harus mempunyai 2 syarat:

-    Keadaan tersebut terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi bersinggungan dengan garis anggaran.

-    Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indiferens tertinggi dengan garis anggaran

Lihat gambar grafik berikut ini :

Dengan perpindahan sepanjang budget line misalnya dari B ke C dan lantas berpindah pada kurva indiferens yang lebih tinggi U2>U1 atau IC2 > IC1, konsumen akan dapat meningkatkan utility-nya. Konsumen juga akan meningkat kepuasannya dengan berpindah dari D ke C, karena ada kendala kecukupan anggaran walaupun kurva indiferen-nya lebih tinggi..

Pada umumnya konsumen dalam keadaan seimbang (equilibrium) bila tingkat kemungkinan tertinggi yang ia dapatkan dihadapkan dengan sejumlah pendapatan yang tersedia dan harga barang X dan Y yang berlaku. Keadaan ini akan terjadi bila kurva indiferens hanya bersinggungan dengan budget line. Equilibrium/ keseimbangan konsumen adalah kondisi yang dicapai bila pembelian terhadap kombinasi barang oleh konsumen yang memaksimumkan utility-nya subject to/kendala budget constraint (kendala anggaran), dan ini akan tercapai bila konsumsi disesuaikan dengan MRSxy = Px / Py untuk setiap dua barang.

 Perubahan Pendapatan dan Harga


Pengaruh perubahan pendapatan konsumen terhadap keseimbangan konsumen :

-    Pergerseran garis anggaran (A1 ke A2), menunjukkan naiknya jumlah Y dan jumlah X, disebabkan oleh naiknya anggaran konsumen.

-    Income Consumption Curve (ICC), yang merupakan tempat titik-titik keseimbangan (equilibrium) sebagai kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan. Asumsi pada kondisi ini adalah bila hanya pendapatan konsumen yang berubah, bukan oleh sebab lain.

-    Lihat gambar kurva ICC :


 

Kurva konsumsi pendapatan dibentuk dengan menghubungkan titik-titik persinggungan, dimana ketiga titik tersebut merupakan kepuasan maksimal pada garis kendala anggaran masing-masing  


Pengaruh perubahan harga terhadap keseimbangan konsumen :

 

-    Pergeseran garis anggaran (A1 ke A2), naiknya jumlah X dan jumlah Y, disebabkan oleh turunnya harga barang X.

-    Price Consumption Curve (PCC), merupakan kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat harga. Asumsi pada kondisi ini adalah bila hanya terjadi penurunan harga salah satu barang, bukan oleh sebab lain.

Perhatika kurva PCC



Rangkuman 

Teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal, utilitas suatu barang tidak perlu dikuantifikasi, tetapi secara relatif konsumen dapat membuat urutan tinggi rendahnya utilitas dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva indiferen (indifferent curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.

Dengan menggunakan kedua kurva ini dapat ditunjukkan konsumen akan mencapai kepuasan maksimum pada titik persinggungan antara garis anggaran dengan kurva indiferen yang paling tinggi. Persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen 

pada titik kepuasan yang maksimum. Keadaan ini terkenal dengan kondisi keseimbangan konsumen. Dengan demikian, pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan sejumlah pendapatan tertentu.


Sariguna, P., & Kennedy, J. (n.d.). MODUL EKONOMI MIKRO TEORI PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN KARDINAL DOSEN.

Kennedy, P. S. J. (2016). Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Ordinal. 

https://untag-sby.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar